![]() |
| Dr. Herman, S.Pd., M.Pd. |
Dr. Herman, S.Pd., M.Pd. menilai proyek habiskan uang puluhan milyar
sebenarnya bukan menjadi satu-satunya solusi mengatasi banjir terjadi di Kota
Bima.
Pembangunan kolam retensi banjir malah dianggap buang-buang uang
rakyat saja, padahal pemerintah harusnya lebih fokus dulu pada bagaimana
mengembalikan fungsi hutan dibagian hulu, baru berbicara membangun kolam
retensi.
Kalau hutan di bagian hulu masih rusak, tentunya apapun dibangun
dibagian hilir tak akan menjadi solusi kedepan atasi banjir, apalagi banjir di
Kota Bima terjadi setiap tahun dan sudah jadi langganan tetap.
Jelasnya, Pemerintah lebih baik fokus bagaiman membangun kesadaran
masyarakat untuk menjaga dan melestarikan kembali hutan, lakukan reboisasi “
anggaran puluhan milyar sia-sia, karena penyebab banjir tak diatasi lebih dulu,”
pungkas jebolan doktor dari Universitas Alaudin Makasar pada
JangkaBima, Rabu 3 Desember 2025.
Pengembalian fungsi hutan juga harus berbarengan dengan
membangun ekonomi masyarakat dibagian hulu, termasuk pembangunan DAM serta
pengerukan pelebaran Daerah Aliran Sungai (DAS), kemudian baru berbicara bangun kolam retensi.
“apakah Pejabat Pemkot Bima dan NUFRep tau apa arti dan fungsi
kolam retensi,” sesalnya.
Jelasnya, fungsi kolam retensi itu tujuan utama adalah untuk mengendalikan banjir dengan cara menampung air hujan atau limpasan air dari sungai untuk sementara waktu, agar mengurangi debit air dan mencegah banjir di hilir.
Pertanyaannya apakah mampu kolam retensi menampung kelebihan debit
air banjir di Kota Bima, sementara kolam retensi dibangun di Jalan Padolo III saja
tak mampu berfungsi dengan baik.
Sarannya pada Pemkot Bima fokus saja
selesaikan masalah kerusakan hutan dan pengerjaan serta penataan alur sungai,
baru berbicara pembangunan kolam retensi.
Apalagi lokasinya di Ama Hami, apakah
untuk menampung air laut? Sementara kolam retensi berlokasi di Taman Ria nanti siapa yang bertanggungjawab dengan perubahan fisiknya, dari Taman Ria berubah menjadi
kolam air banjir, fungsi taman sudah tak ada.(red)


Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar merupakan aspirasi pembaca dan tidak merepresentasikan pendapat JangkaBima. Mohon selalu sampaikan pendapat dengan sopan dan tidak melanggar SARA.