Notification

×

Iklan

Iklan

DR Herman : Kolam Retensi Bukan Solusi Banjir, Perbaiki Kondisi Hutan dan DAS

| Rabu, Desember 03, 2025 WIB Last Updated 2025-12-03T08:44:11Z
Dr. Herman, S.Pd., M.Pd.
Kota Bima, JB.-Proyek pembangun kolam retensi habiskan anggaran Rp 69 Milyar di Ama Hami dan Taman Ria mendapat sorotan dari Akademisi Universitas Nggusuwaru.

 

Dr. Herman, S.Pd., M.Pd. menilai proyek habiskan uang puluhan milyar sebenarnya bukan menjadi satu-satunya solusi mengatasi banjir terjadi di Kota Bima.

 

Pembangunan kolam retensi banjir malah dianggap buang-buang uang rakyat saja, padahal pemerintah harusnya lebih fokus dulu pada bagaimana mengembalikan fungsi hutan dibagian hulu, baru berbicara membangun kolam retensi.

 

Kalau hutan di bagian hulu masih rusak, tentunya apapun dibangun dibagian hilir tak akan menjadi solusi kedepan atasi banjir, apalagi banjir di Kota Bima terjadi setiap tahun dan sudah jadi langganan tetap.

 

Jelasnya, Pemerintah lebih baik fokus bagaiman membangun kesadaran masyarakat untuk menjaga dan melestarikan kembali hutan, lakukan reboisasi “ anggaran puluhan milyar sia-sia, karena penyebab banjir tak diatasi lebih dulu,” pungkas jebolan doktor dari Universitas Alaudin Makasar pada JangkaBima, Rabu 3 Desember 2025.

 

Pengembalian fungsi hutan juga harus berbarengan dengan membangun ekonomi masyarakat dibagian hulu, termasuk pembangunan DAM serta pengerukan pelebaran Daerah Aliran Sungai (DAS), kemudian baru berbicara bangun kolam retensi.

 

“apakah Pejabat Pemkot Bima dan NUFRep tau apa arti dan fungsi kolam retensi,” sesalnya.

 

Jelasnya, fungsi kolam retensi itu tujuan utama adalah untuk mengendalikan banjir dengan cara menampung air hujan atau limpasan air dari sungai untuk sementara waktu, agar mengurangi debit air dan mencegah banjir di hilir.


Pertanyaannya apakah mampu kolam retensi menampung kelebihan debit air banjir di Kota Bima, sementara kolam retensi dibangun di Jalan Padolo III saja tak mampu berfungsi dengan baik.


Sarannya pada Pemkot Bima fokus saja selesaikan masalah kerusakan hutan dan pengerjaan serta penataan alur sungai, baru berbicara pembangunan kolam retensi.

 

Apalagi lokasinya di Ama Hami, apakah untuk menampung air laut? Sementara kolam retensi berlokasi di Taman Ria nanti siapa yang bertanggungjawab dengan perubahan fisiknya, dari Taman Ria berubah menjadi kolam air banjir, fungsi taman sudah tak ada.(red)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar



Komentar merupakan aspirasi pembaca dan tidak merepresentasikan pendapat JangkaBima. Mohon selalu sampaikan pendapat dengan sopan dan tidak melanggar SARA.