![]() |
Saya acara FGD dan kepala BRIDA saat melihat kitab Bo Sangaji Kai |
Acara
digelar di Museum Samparaja, Kamis 1 Oktober 2025 itu dibuka Staf Ahli Setda
Kota Bima, Drs H Muhtar Landa dan dihadiri langsung oleh sejarawan, budayawan Bima
dan sejumlah Kepala OPD lingkup Kota Bima. Seperti Sekretaris Lembaga UNMBO Hendra, Kepala Samparaja Bima, Dewi Ratna Muchlisa Mandyara, Alamtara Institute
H Abdul Wahid dan Narasumber Lubis Hermanto, Ariani Rosadi dan Haeril.
Kepala
Brida Kota Bima, Arif Roesman Effendy menyampaikan, kegiatan FGD hari ini
merupakan bagian dari kegiatan Brida dalam rangka riset sesuai dengan visi dan
misi Kepala daerah yaitu maju bermartabat.
Makna
kata “Bermartabat” menjadi kalimat penting, yaitu Dana Mbojo dengan berbagai nilai
kearifan lokal yang dulu sangat luar biasa dan kini sudah mulai ditinggalkan.
Namun
belakangan ini, informasi dipertontonkan lebih tentang konflik, kekerasan dan
hal hal lain lebih nampak, padahal Bima yang sebenarnya memiliki makna filosofi
padangan budaya luar biasa, salah satunya kini sudah menjadi moto Kota Bima
yaitu “Maja Labo Dahu”.
Oleh
karena itu, Brida Kota Bima bersama UNMBO terpanggil membangun kembali nilai
budaya yang sudah terpatri dari kehidupan saat ini, baik dari aspek pemerintahan,
sosial kemasyarakatan.
“Ini
bukan hanya riset dan hasil studi, namun kita semua bisa menggali makna budaya
lebih dalam dan bisa memberikan nilai dan masukan kedepan dari segi pembahasan peraturan
daerah dan lainnya,” ungkapnya.
Jelasnya,
melalui kegiatan FGD hari ini yang dihadiri langsung oleh narasumber
berkompeten, tentunya menjadi langkah kedepan bagi kita semua menambah
pengetahuan dan menjaga eksistensi nilai-nilai kearifan dan budaya lokal.
Harapannya,
apa sudah diberikan oleh pendahulu kita semua akan menjadi acuan dan tumpuan
kita dalam membangun daerah tercinta lebih baik dan maju.
Sementara
Sekretaris Lembaga UNMBO, Hendra menjelaskan, adanya perubahan tingkah laku
kita yang dulu yang kemudian terjadi pergeseran saat ini, maka melalui diskusi
ini kita dapat menggali nilai luhur dan budaya bisa dapat kita munculkan
kembali.
Dicontohkannya,
saat ini media sosial sudah tampil begitu fulgar menyampaikan informasi kurang
senonoh dan menjurus ke caci maupun makian terhadap orang dan kelompok. Sementara
kita sebenarnya memiliki nilai kearifan lokal yang lebih santun diwariskan para
pendahulu.
Untuk
itu, sangat penting peran kita semua untuk tetap mempertahankannya, sehingga
perubahan dan arus budaya baru tak memberikan efek negatif bagi kehidupan
bermasyarakat dan sosial kita.
Staf
Ahli Bidang Pemerintahan Setda H Mukhtar membuka kegiatan FGD tegaskan, memang
sudah terjadi perubahan sangat mencolok dalam kehidupan masyarakat saat ini. Nilai
kearifan lokal dan maknanya budaya “Maja Labo Dahu” harus ada di setiap hati.
Oleh
karena itu, mewakili Wali Kota Bima dirinya sampaikan apresiasi atas
terselenggaranya kegiatan FGD mengangkat tema budaya dan kearifan lokal.
Namun
dirinya berharap, kegiatan FGD hari ini bukan saja acara seremonial saja, namun
dapat menghasilan sebuah kesepakatan dan kegiatan ini dapat terus dilaksanakan
dan bisa menjadi perwali atau perda.(red)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar merupakan aspirasi pembaca dan tidak merepresentasikan pendapat JangkaBima. Mohon selalu sampaikan pendapat dengan sopan dan tidak melanggar SARA.