Notification

×

Iklan

Iklan

H Malik, Mantan Joki Cilik Angkat Bicara

| Kamis, Juli 21, 2022 WIB Last Updated 2022-07-21T14:14:38Z
H Malik mantan joki cilik

Kota Bima, JangkaBima.com.-

Selain Pordasi, pemilik kuda, pemelihara kuda pacu, penolakan Surat Edaran larangan joki cilik pun  kini datang dari para mantan joki cilik era tahun 60 an.


Salah satunya H Malik kini berdomisili di Kelurahan Rabangodu Utara, Kota Bima atau dikalangan pecinta kuda pacu lokal Bima dikenal om Bus atau Melo yang angkat bicara. 


Pensiunan ASN Kabupaten Bima kini sudah memasuki usia 75 tahunan, yang juga seharian masih menggeluti hobi memelihara kuda lokal Bima tegas dan keras menolak rencana penghapusan penggunaan Joki Cilik.


Pada media ini, H Malik menceritakan bagaimana  ditahun 1960-an ketika menjadi salah satu joki anak atau kini lebih dikenal joki cilik. 


Dirinya merupakan keturunan joki kuda pacu di tanah Bima, dari kakek kemudian turun ke ayah dan dirinya, bahkan dilanjutkan anak dan sekarang cucu-cucunya. Jadi menjadi joki itu bukan sembarangan, memang sudah turun-temurun pun sebagaimana tradisi dan budaya pacuan kuda di Bima dan joki ciliknya.


Lanjut H Malik, mengenai joki cilik tak mendapatkan pendidikan layak, dirinya merupakan mantan joki cilik pada tahun 60-an  dimana saat itu begitu sulit mendapatkan akses pendidikan. Namun kini terbukti dirinya memiliki ijazah dan jadi ASN. Dibandingkan saat ini yang akses pendidikan begitu mudah.


" Informasi itu tidak benar, bayak mantan joki cilik sukses, anak-anak saya pun mantan joki cilik semuanya mendapatkan sekolah layak malah tamatan sarjana, begitu pun mantan joki lainnya," tegas H Malik.


Termasuk anak dan cucu-cucu juga mendapatkan pendidikan layak pun joki Cilik lainnya, semua dipastikan mendapatkan pendidikan. Jangan hanya melihat dan mengetahui satu atau dua orang joki cilik atau mantan joki cilik kemudian seolah semua joki cilik dan mantan joki cilik tak berpendidikan bahkan massa depannya suram.


Tambahnya, Jangan kemudian belum tahu jelas tentang kehidupan joki cilik sudah paling tahu, kami komunitas para joki kuda pacu di Bima dan pulau Sumbawa umumnya sangat paham pentingnya pendidikan bagi anak-anak kami.


Menurutnya, yang mengatakan joki cilik tak mendapatkan pendidikan yang layak itu hanya melihat sekilas saat para joki di arena pacuan kuda.


Jelasnya, saat ada perlombaan memang anak-anak menjadi joki cilik tak bersekolah, tetapi itu hanya beberapa hari saat adanya perlombaan dan itupun sudah mengajukan ijin resmi ke sekolah.


Jangan kemudian diasumsikan kemudian joki cilik tak pernah bersekolah, karena faktanya semua mendapatkan pendidikan layak. Kemudian  saat latihan itukan dilakukan di hari Minggu saat sekolah libur.


Kemudian kalau pun pemerintah daerah melarang joki cilik akan bayak dikorbankan. Pertama akan muncul gejolak dari ribuan pecinta kuda lokal Bima, kedua ribuan orang bekerja sebagai pemelihara kuda terancam mata pencahariannya, apakah mau Pemerintah daerah  nantinya menanggung keberlanjutan kehidupan keluarga pengurus kuda.


" Ribuan pemelihara kuda pacu dipastikan menjadi pengganguran, lalu siapa mau bertanggungjawab, jumlahnya tidak sedikit," pungkasnya.


Apa iya Pemerintah Daerah mampu menyediakan lapangan pekerjaan untuk kami menghidupi anak-anak. 


Ada mengatakan eksploitasi anak?sepengetahuannya, eksploitasi anak itu memaksakan kehendak pada anak untuk melakukan sesuatu hal yang tidak sesuai keinginan anak. 


Yang namanya anak yang jadi joki itu tak ada paksaan, karena joki cilik itu memang sejak kecil hobi, suka dan senang menunggang kuda, bukan karena dipaksa.


Untuk diketahui pula, tak semua anak bisa jadi joki, tetapi ada garis keturunan dari kakeknya kemudian bapaknya, bukan tiba-tiba jadi joki kuda.


" Saya mantan joki cilik dulu karena kakek saya joki dan bapak saya juga joki pun sekarang cucu saya," terang H Malik 


Jadi tak usah membuat cerita seolah-olah joki Cilik merusak peradaban manusia, malah yang mendorong larangan Joki Cilik yang memang sengaja mau menghapus budaya dan tradisi tanah Bima.


Sementara joki cilik dapat memberikan tambahan ekonomi bagi keluarga bahkan ada sampai menjadi joki profesional " joki cilik Bima setelah usia remaja juga terus melanjutkan hobinya menjadi joki kuda besar di arena pacuan kuda wilayah NTT," ungkap H Malik.


Walaupun demikian dirinya selalu mantan joki cilik mendukung kalau ada evaluasi terhadap regulasi baru tentang joki cilik. Terutama bagaimana bagaimana terus meningkatkan keamanan, keselamatan, jaminan kesehatan dan asuransi bagi para joki cilik.


" Kalau regulasi memperketat keamanan penggunaan joki cilik kami dukung, tetapi kalau mau melarang tegas kami menolak," ungkap H Malik.


Memang perlu adanya peningkatan penggunaan peralatan keamanannya tubuh joki cilik yang layak, termasuk penyediaan sarana pendidikan di arena pacuan kuda juga pelatih profesional bagi kelanjutan jenjang karier joki cilik.


" Kalau dihapus kami menentang, ini budaya dan tradisi harus dipertahankan, apalagi hanya ada di pulau Sumbawa," tutupnya.(JB06)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar



Komentar merupakan aspirasi pembaca dan tidak merepresentasikan pendapat JangkaBima. Mohon selalu sampaikan pendapat dengan sopan dan tidak melanggar SARA.